Demi meraih cita-citanya sebagai penyanyi, Iis melanjutkan SMP-nya di Bandung. Selain sekolah, Iis juga les vokal di HAPMI (Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia). Ia belajar dengan (almarhum) Jajat vokalis grup band Paramour. Salah seorang peserta les vokal di tempat ini, yang akhirnya berhasil menjadi penyanyi kenamaan adalah Inka Christie.
Namun Bandung belum memuaskan keinginan Iis. Akhirnya dia hijrah ke Jakarta saat naik ke kelas 2 SMP. Iis mulai menyanyi di "Taman Impian Jaya Ancol" setiap malam Minggu & mendapat honor sebesar Rp.90.000 setiap bulannya. Iis masih berusia 14 tahun kala itu. Tidak lama setelah dikontrak sebagai penyanyi tetap di Ancol, Iis kemudian juga dikontrak menjadi penyanyi tetap di Taman Ria Monas & Taman Mini Indonesia Indah.
Penampilan sebagai bintang Diawali saat menjadi Bintang Tamu Acara Wajah Baru TVRI 1987. Kemudian Iis Diminta TVRI menjadi bintang Tamu Pentas Lenong. Ternyata Penampilan Iis Mengundang Perhatian Perusahaan Produser Rekaman Akurama Record.
Pada Tahun 1987 Iis Diberi kesempatan untuk Menyanyikan lagu-lagu Mandarin yang dialihkan menjadi Bahasa Indonesia. Perjuangan Iis agar dapat menajdi penyanyi profesional sangat berliku. Iis pernah ditipu saat ingin mengikuti tes acara Wajah Baru di TVRI satu-satunya stasiun TV yg ada di Indonesia saat itu. Uang sebesar RP.800.000 (jumlah yang sangat besar saat itu) amblas ditilep seorang wanita yg mengaku mampu menyertakan Iis dalam acara tersebut.
Namun Iis tak pantang menyerah. Akhirnya tahun 1989 dengan proses panjang lagi, Iis mendapat kesempatan tampil dalam acara Wajah Baru di TVRI. Dari acara inilah akhirnya Iis ditawari kontrak untuk membuat Enam album rekaman sekaligus.
Meski sempat ragu karena rekaman yang dimaksud adalah untuk album lagu dangdut, Sedangkan Iis Membawa Semple Pop. Iis menandatangani surat perjanjian kontrak rekaman itu. Untuk setiap album Iis dibayar Rp.750.000 dan produser langsung melunasi pembayaran kontrak untuk Enam album itu.
Album pertama Iis tidak begitu sukses, meski ia mengubah namanya menjadi Iis Dahlia agar terdengar lebih komersial. Namun berkat lagu "Tamu Tak Diundang" dalam album keduanya, nama Iis langsung melambung. Konon penjualan album keduanya ini menembus angka satu juta kopi dalam waktu beberapa bulan ludes dipasaran dan Berhasil masuk Museum Rekor Indonesia.
Iis juga dianggap sebagai penyanyi dangdut yang ikut menaikkan kelas musik dangdut di mata masyarakat, di samping Evie Tamala, Ikke Nurjanah & Cici Faramida. Hal ini karena penampilan Iis terkesan kalem tapi berkelas, kostum yang tidak berlebihan, dan goyangan yang tidak seronok. Penampilan dan reputasi mereka tak kalah dengan penyanyi Pop atau Jazz.
Penghargaan pertama yang diterima Iis adalah HDX Award (1990). Ini untuk menghargai penjualan album Iis yang berhasil mencapai jumlah tertinggi pada tahun itu. Suatu prestasi yang Tak Gampang Diraih karna betahun tahun selalu ditempati Itje Trisnawati.
Pertama Kali diadakan Anugrah Dangdut Indonesia (ADTPI) 1997, Iis berhasil menjadi “Penyanyi Dangdut Wanita Terbaik” mengalahkan Evie Tamala, Ikke Nurjanah, Lilis Karlina, Ine Sinthya dan Cici Faramida.
0 Response to "Perjalanan Karir Iis Dahlia"
Posting Komentar